Tampilkan postingan dengan label sisi positif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sisi positif. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Januari 2018

Seputih Melati

Seputih Melati


Melati tak  pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Ia tak memiliki
warna dibalik  warna putihnya. Ia juga tak pernah menyimpan warna lain
untuk berbagai  keadaannya, apapun kondisinya, panas, hujan, terik ataupun
badai yang datang ia  tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan,
melati selalu putih. Putih,  bersih, indah berseri di taman yang asri. Pada
debu ia tak marah, meski jutaan  butir menghinggapinya. Pada angin ia
menyapa, berharap sepoinya membawa serta  debu-debu itu agar ianya tetap
putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang  saat hembusan angin
menerpa. Kekanan ia ikut, ke kiri iapun ikut. Namun ia tetap  teguh pada
pendiriannya, karena kemanapun ia mengikuti arah angin, ia akan  segera
kembali pada tangkainya.




Pada hujan ia menangis, agar tak  terlihat matanya meneteskan air diantara
ribuan air yang menghujani tubuhnya.  Agar siapapun tak pernah melihatnya
bersedih, karena saat hujan berhenti  menyirami, bersamaan itu pula air
dari sudut matanya yang bening itu tak lagi  menetes. Sesungguhnya, ia
senantiasa berharap hujan kan selalu datang, karena  hanya hujan yang mau
memahami setiap tetes air matanya. Bersama hujan ia bisa  menangis
sekeras-kerasnya, untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan  merasakan
setiap kegetiran. Karena juga, hanya hujan yang selama ini berempati
terhadap semua rasa dan asanya. Tetapi, pada hujan juga ia mendapati
keteduhan,  dengan airnya yang sejuk.

Pada tangkai ia bersandar, agar tetap  meneguhkan kedudukannya, memeluk
erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam  menjalani kewajibannya,
menserikan alam. Agar kelak, apapun cobaan yang datang,  ia dengan sabar
dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari  cinta dan
kasih Sang Pencipta. Bukankah tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah
kasih sayang tanpa cobaan?

Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak  merubah warna hijaunya. Karena dengan
hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai  melati harus tetap berwarna putih.
Jika daun itu tak lagi hijau, atau luruh oleh  waktu, kepada siapa ia harus
meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali  membuatnya tak lagi
putih?

Pada bunga lain ia bersahabat.  Bersama bahu membahu menserikan alam, tak
ada persaingan, tak ada perlombaan  menjadi yang tercantik, karena
masing-masing memahami tugas dan peranannya. Tak  pernah melati iri menjadi
mawar, dahlia, anggrek atau lili, begitu juga  sebaliknya. Tak terpikir
melati berkeinginan menjadi merah, atau kuning, karena  ia tahu semua
fungsinya sebagai putih.

Pada matahari ia memohon, tetap  berkunjung di setiap pagi mencurahkan
sinarnya yang menghangatkan. Agar  hangatnya membaluri setiap sel tubuh
yang telah beku oleh pekatnya malam.  Sinarnya yang menceriakan, bias
hangatnya yang memecah kebekuan, seolah membuat  melati merekah dan segar
di setiap pagi. Terpaan sinar mentari, memantulkan  cahaya kehidupan yang
penuh gairah, pertanda melati siap mengarungi hidup,  setidaknya untuk satu
hari ini hingga menunggu mentari esok kembali bertandang.

Pada alam ia berbagi, menebar aroma  semerbak mewangi nan menyejukkan
setiap jiwa yang bersamanya. Indah  menghiasharumi semua taman yang
disinggahinya, melati tak pernah terlupakan  untuk disertakan. Atas nama
cinta dan keridhoan Pemiliknya, ia senantiasa  berharap tumbuhnya
tunas-tunas melati baru, agar kelak meneruskan perannya  sebagai bunga yang
putih. Yang tetap berseri disemua suasana alam.

Pada  unggas ia berteriak, terombang-ambing menghindari paruhnya agar tak
segera  pupus. Mencari selamat dari cakar-cakar yang merusak keindahannya,
yang mungkin  merobek layarnya dan juga menggores luka di putihnya.

Dan pada akhirnya, pada Sang Pemilik  Alam ia meminta, agar dibimbing dan
dilindungi selama ia diberikan kesempatan  untuk melakoni setiap perannya.
Agar dalam berperan menjadi putih, tetap  diteguhkan pada warna aslinya,
tidak membiarkan apapun merubah warnanya hingga  masanya
mempertanggungjawabkan semua waktu, peran, tugas dan tanggungjawabnya.
Jika pada masanya ia harus jatuh, luruh ke tanah, ia tetap sebagai melati,
seputih melati. Dan orang memandangnya juga seperti melati.

Dan kepada melatiku, tetaplah menjadi  melati di tamanku. Karena, aku akan
menjadi angin, menjadi hujan, menjadi  tangkai, menjadi matahari, menjadi
daun dan alam semesta. Tetapi takkan pernah  menjadi debu atau unggas yang
hanya akan merusak keindahannya, lalu meninggalkan  melati begitu saja.

Rabu, 13 Desember 2017

Bersyukurlah, Karena anda termasuk orang yang beruntung

Bersyukurlah

Semestinya  anda  mensyukuri  apa  pun  yang  menimpa  anda. Ini bukan soal 
keberuntungan.  Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi 
negatif  dari hidup. Orang lain mungkin berkata bahwa anda tidak realistis. 
Namun,  bersyukur  adalah  sikap  menerima  kenyataan.  Adakah  yang  lebih 
realistis   sebelum   anda  terbebas  dari  kecemasan  dan  ketakutan  akan 
kenyataan?

Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada 
yang meringankan hidup selain sikap bersyukur.




Semakin  banyak  anda  bersyukur semakin banyak anda menerima. Semakin jauh 
anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri sendiri. 
Banyak  orang  terpaku  pada  kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali 
yang  melihat  keberhasilan lalu mensyukurinya. Anda takkan pernah berhasil 
dengan  menggerutu  dan  berkeluh  kesah.  Anda  berhasil  karena berusaha. 
Sedangkan  usaha  anda  lakukan  karena  melihat sisi positif. Hanya dengan 
bersyukurlah sisi positif itu tampak di pandangan anda.

ONLINE SEKARANG